Sahabatku yang baik... apa kabarmu hari ini ?
Sahabatku,
Apa kabarnya luka itu ? masihkah terasa ia begitu perih dan sakitnya mengganggu hari-hari ?
Sahabatku,
Menangislah sekeras-kerasnya. Sepuas yang kamu mau. Dan biarkan sampai dirimu benar-benar puas. Lalu, usaplah airmata itu sekarang juga ! Basuhlah wajah itu dengan air wudhu sekarang juga ! Dan tarik nafas dalam-dalam kemudian hembuskan. Lakukan itu terus menerus, sampai kamu merasakan dadamu yang tadinya sesak. Perlahan-lahan mulai terbuka dan kamu pun bisa lagi bernafas dengan lega.
Sahabatku yang baik...
Tersenyumlah atas lukamu itu. Ya, tersenyumlah. Tidak ada yang perlu kamu tangisi. Sakit ? Ya memang. Tidak ada luka yang tidak sakit.
Sahabatku yang baik...
Pernahkah kamu tahu, ada hal-hal yang sebenarnya bisa membuat kita tenang disaat kita merasakan kesulitan hidup, rasa sakit hati karena kecewa, patah hati, dan sebagainya, ataupun kita merasakan hidup sudah tidak ada artinya lagi. Cahaya semangat hidup dalam hidup kita pun terasa perlahan namun pasti mulai meredup karena ujian demi ujian datang menempa kita, tiada hentinya. Pernahkah kita merasakan disaat kondisi seperti itu ? Tak perlu dijawab. Aku sudah tahu jawabannya.
Sahabatku yang baik...
Pernah kah kamu mendengar sebuah ungkapan yang begitu indah seperti ini, ‘Tuhan, selalu sesuai dengan prasangka hamba-hambaNya.’ Bagaimana ? Aku yakin pernah, meskipun sekali dua kali.
Sahabatku yang baik...
Ketika masalah datang menyapa kita dan kita merasakan sakit yang luar biasa lalu kita menyerah, putus asa, dan memilih untuk mundur saja. Maka, kondisi itulah yang akan benar-benar terjadi. Kita benar-benar akan menjadi lemah. Dan Kita tak ubahnya bagaikan seorang pecundang, yang mundur dari medan laga padahal perang baru saja dimulai, belum usai.
Sahabatku yang baik...
Mengapa kita tidak memilih untuk terus maju ? mengapa kita tidak memilih untuk tetap tegak berdiri, menantang masalah itu, lalu menghabisinya satu persatu. Jika kita wafat di medan laga, setidaknya kita wafat bukan sebagai seorang pecundang, tapi sebagai seorang pejuang.
Begitu pun dengan masalah sahabatku, carilah seribu cara untuk menyelesaikannya. Carilah cara yang baik, santun, dan cerdas untuk menyelesaikannya. Aku yakin, kita bisa sahabatku ! Kta bisa menghadapi masalah-masalah itu dan menghabisinya satu persatu.
“Jika kita kalah bagaimana ?”
Jangan pernah kita risaukan hal itu. Bukankah kita sama-sama tahu, bahwa Tuhan tidak pernah tidur. Bukankah kita sama-sama tahu, bahwa Tuhan akan tetap memberikan nilai dan apresiasi bagi hamba-hambaNya yang sudah mau berikhtiar. Bukankah kita sama-sama tahu, bahwa Tuhan Maha segalanya dan Tuhan Maha berkehendak. Dari atas semua ikhtiar yang kita lakukan, bukankah kita sama-sama tahu bahwa kita harus memasrahkan hasil akhirnya kepadaNya (tawakkal).
Sahabatku yang baik...
Fudhail bin Iyadh, tokoh ulama yang terkenal ketakwaannya di zaman generasi Tabi’in bercerita bahwa suatu ketika, saat berada di Masjidil Haram, ia didatangi seseorang yang menangis, Fudhail bertanya, “Kenapa engkau menangis ?” Orang itu menjawab, “Aku kehilangan beberapa dinar dan aku tahu ternyata uangku di curi.” Fudahil mengatakan, “Apakah engkau menangis hanya karena dinar ?” Dan sungguh mengejutkan jawaban orang itu, “Tidak ! Aku menangis karena aku tahu bahwa kelak aku akan berada di hadapan Allah, dengan pencuri itu. Aku kasihan dengan pencuri itu, itulah yang menyebabkan aku menangis...”
Subhanallah, Maha suci Allah yang Maha Agung penggenggam hati manusia.
Sahabatku yang baik...
Luarbiasa sekali kelapangan dada yang dicontohkan orang tersebut. Beliau begitu lapang dada ketika ada sebuah ujian yang menimpanya.Tangisan kesedihannya atas masalah itu bukanlah suatu kekecewaan, ‘mengapa saya di uji begini ? mengapa saya di uji begitu ?’ dan mengapa..mengapa.. dan ribuaaan mengapa lainnya yang masih kita tanyakan ketika ujian kehidupan menyapa kita.
Sahabatku...
Mengapa kita tidak memulainya dengan lapangdada, tersenyum meskipun sulit, dan kita mencari hikmah dari masalah itu. Bukankah penyesalan dan menggerutu itu tidak akan pernah ada habisnya dan tidak sedikitpun memberikan penyelesaian.
Sahabatku...
Ada satu hal yang perlu kita pahami dan tanamkan dihati kita mulai saat ini. ‘Tuhan itu Maha pengasih lagi Maha penyayang. Tuhan tidak pernah sedikitpun mempunyai rencana jahat untuk kita. Dia lah sebaik-baik pemberi rezeki, Dia pula lah sebaik-baik pemberi masalah.’
Sahabatku, percayalah...
Tidak ada masalah yang tidak baik. Semua masalah pada hakikatnya adalah baik. Dari masalah itu kita bisa belajar. Dari masalah itu kita bisa mengetahui sudut pandang baru tentang kehidupan. Dan dari masalah itu juga kita mendapatkan kematangan mental, kekuatan jiwa, dalam menghadapi masalah-masalah berikutnya.
Sahabatku yang baik, percayalah...
Tuhan tidak pernah menguji hambaNya diluar batas kemampuan hambaNya. Dia memberi kita masalah bukan karena Dia tidak sayang pada kita, justru sebaliknya. Karena Tuhan begitu cinta dan sayang pada kita. Tuhan tidak ingin kita menjadi makhluknya yang lemah dan mudah menyerah. Tuhan ingin kita menjadi hambaNya yang kuat, tegar, dan terus bersemangat. Memiliki harapan yang tinggi untuk senantiasa menjadi lebih baik lagi ke depannya. Tidak ada maksud buruk dari masalah yang Tuhan berikan kepada kita. Semua masalah itu baik !
Sahabatku yang baik...
Mulai saat ini, berpikirlah positif terhadap masalah, dan selalu berpandangan lurus ke depan. Tuhan akan selalu ada untuk kita. Dan Kemudahan akan selalu menyertai kita, Percayalah...
Mari kita melihat janji Tuhan dalam KitabNya yang mulia,
“Maka, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan...” (QS. Al Insyirah : 5-6)
Sahabatku,
Sudah jelas dan terang bukan ? bagaimana Tuhan mengirimkan masalah kepada kita bersama kemudahan yang akan menyertainya. Lalu, apa yang perlu kita tunggu lagi wahai sahabatku. Mari tersenyum sahabatku, Ada kemudahan yang sudah menanti di depan sana.
Mari kita tersenyum atas luka ini...
***
Jurang Mangu Barat. 6 Januari 2011 M / 2 Shaffar 1432 H.
Saat pagi masih diselimuti awan mendung.