Lihat, Baca, Dan Resapi!
Aku hanyalah manusia biasa yang ingin bercerita...

Edisi

Total Tayangan Halaman

Jumat, 29 April 2011

Mendua, Selingkuh, apapun itu namanya... (part 1)

Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya bagaimana jika Mbak Dessy tahu suaminya telah berselingkuh dengan saya ?

Saya tidak tahu apa yang akan Mbak Dessy lakukan pada saya kalau ia mengetahui bahwa setiap malam ketika suaminya pulang larut malam (dengan alasan lembur) nyatanya habis melemburkan dirinya bersama saya diatas ranjang ?

Saya tidak tahu. Bisa jadi saya akan di dampratnya. dimaki habis-habisan. dipecat dari perusahaan miliknya, tempat saya bekerja. atau mungkin yang lebih ekstrim lagi, saya akan dibunuh seperti yang ada di film ? Saya tidak tahu !

Namun, yang bisa saya katakan saat ini hanyalah. 'Maaf !' 

Ya, hanya itu.

'Maaf saya tidak pernah menginginkan seperti ini Mbak. Saya tahu bagaimana rasa sakitnya dikhianati. Saya tahu itu. Tapi mbak sungguh, saya tidak bermaksud mengkhianati Mbak. Saya hanya menuruti kata hati saya saja mbak. Hanya itu !'

Bukankah hati tidak pernah berbohong ? bukankah mengikuti kata hati kita itu yang terbaik ?
Benarkan begitu ?

Saya yakin, ini memang mungkin terdengar sedikit aneh. tapi inilah kenyataannya. Bahwa saya telah menjalani cinta diam-diam dengan suami Mbak Dessy, atasan saya di kantor sekaligus teman yang sudah saya anggap seperti kakak kandung.

Maafkan saya Mbak...! Maaf...

mengapa ( manusia begitu ) ?

mengapa orang lebih cenderung menutupi dirinya yang sebenarnya ? 
mengapa hati belum juga bisa menerima kenyataan yang ada ? 
mengapa ? 
Takut ? 
apa yang perlu ditakuti ? 
bukankah juga nanti semua yang kita sembunyikan ini akan terbuka ?? 
Bukankah lebih baik mengakui diri kita sebenarnya, daripada kita harus berjalan dengan seribu topeng yang menipu !
Bukankah begitu ?

Kamis, 28 April 2011

Tersenyum Untuk Sebuah Luka :)

Sahabatku yang baik... apa kabarmu hari ini ?

Sahabatku,
Apa kabarnya luka itu ? masihkah terasa ia begitu perih dan sakitnya mengganggu hari-hari ?

Sahabatku,
Menangislah sekeras-kerasnya. Sepuas yang kamu mau. Dan biarkan sampai dirimu benar-benar puas. Lalu, usaplah airmata itu sekarang juga ! Basuhlah wajah itu dengan air wudhu sekarang juga ! Dan tarik nafas dalam-dalam kemudian hembuskan. Lakukan itu terus menerus, sampai kamu merasakan dadamu yang tadinya sesak. Perlahan-lahan mulai terbuka dan kamu pun bisa lagi bernafas dengan lega.

Sahabatku yang baik...
Tersenyumlah atas lukamu itu. Ya, tersenyumlah. Tidak ada yang perlu kamu tangisi. Sakit ? Ya memang. Tidak ada luka yang tidak sakit.

Sahabatku yang baik...
Pernahkah kamu tahu, ada hal-hal yang sebenarnya bisa membuat kita tenang disaat kita merasakan kesulitan hidup, rasa sakit hati karena kecewa, patah hati, dan sebagainya, ataupun kita merasakan hidup sudah tidak ada artinya lagi. Cahaya semangat hidup dalam hidup kita pun terasa perlahan namun pasti mulai meredup karena ujian demi ujian datang menempa kita, tiada hentinya. Pernahkah kita merasakan disaat kondisi seperti itu ? Tak perlu dijawab. Aku sudah tahu jawabannya.

Sahabatku yang baik...
Pernah kah kamu mendengar sebuah ungkapan yang begitu indah seperti ini, ‘Tuhan, selalu sesuai dengan prasangka hamba-hambaNya.’ Bagaimana ? Aku yakin pernah, meskipun sekali dua kali.

Sahabatku yang baik...
Ketika masalah datang menyapa kita dan kita merasakan sakit yang luar biasa lalu kita menyerah, putus asa, dan memilih untuk mundur saja. Maka, kondisi itulah yang akan benar-benar terjadi. Kita benar-benar akan menjadi lemah. Dan Kita tak ubahnya bagaikan seorang pecundang, yang mundur dari medan laga padahal perang baru saja dimulai, belum usai.

Sahabatku yang baik...
Mengapa kita tidak memilih untuk terus maju ? mengapa kita tidak memilih untuk tetap tegak berdiri, menantang masalah itu, lalu menghabisinya satu persatu. Jika kita wafat di medan laga, setidaknya kita wafat bukan sebagai seorang pecundang, tapi sebagai seorang pejuang.

Begitu pun dengan masalah sahabatku, carilah seribu cara untuk menyelesaikannya. Carilah cara yang baik, santun, dan cerdas untuk menyelesaikannya. Aku yakin, kita bisa sahabatku ! Kta bisa menghadapi masalah-masalah itu dan menghabisinya satu persatu.

“Jika kita kalah bagaimana ?”

Jangan pernah kita risaukan hal itu. Bukankah kita sama-sama tahu, bahwa Tuhan tidak pernah tidur. Bukankah kita sama-sama tahu, bahwa Tuhan akan tetap memberikan nilai dan apresiasi bagi hamba-hambaNya yang sudah mau berikhtiar. Bukankah kita sama-sama tahu, bahwa Tuhan Maha segalanya dan Tuhan Maha berkehendak. Dari atas semua ikhtiar yang kita lakukan, bukankah kita sama-sama tahu bahwa kita harus memasrahkan hasil akhirnya kepadaNya (tawakkal).

Sahabatku yang baik...
Fudhail bin Iyadh, tokoh ulama yang terkenal ketakwaannya di zaman generasi Tabi’in bercerita bahwa suatu ketika, saat berada di Masjidil Haram, ia didatangi seseorang yang menangis, Fudhail bertanya, “Kenapa engkau menangis ?” Orang itu menjawab, “Aku kehilangan beberapa dinar dan aku tahu ternyata uangku di curi.” Fudahil mengatakan, “Apakah engkau menangis hanya karena dinar ?” Dan sungguh mengejutkan jawaban orang itu, “Tidak ! Aku menangis karena aku tahu bahwa kelak aku akan berada di hadapan Allah, dengan pencuri itu. Aku kasihan dengan pencuri itu, itulah yang menyebabkan aku menangis...”

Subhanallah, Maha suci Allah yang Maha Agung penggenggam hati manusia.

Sahabatku yang baik...
Luarbiasa sekali kelapangan dada yang dicontohkan orang tersebut. Beliau begitu lapang dada ketika ada sebuah ujian yang menimpanya.Tangisan kesedihannya atas masalah itu bukanlah suatu kekecewaan, ‘mengapa saya di uji begini ? mengapa saya di uji begitu ?’ dan mengapa..mengapa.. dan ribuaaan mengapa lainnya yang masih kita tanyakan ketika ujian kehidupan menyapa kita.

Sahabatku...
Mengapa kita tidak memulainya dengan lapangdada, tersenyum meskipun sulit, dan kita mencari hikmah dari masalah itu. Bukankah penyesalan dan menggerutu itu tidak akan pernah ada habisnya dan tidak sedikitpun memberikan penyelesaian.

Sahabatku...
Ada satu hal yang perlu kita pahami dan tanamkan dihati kita mulai saat ini. ‘Tuhan itu Maha pengasih lagi Maha penyayang. Tuhan tidak pernah sedikitpun mempunyai rencana jahat untuk kita. Dia lah sebaik-baik pemberi rezeki, Dia pula lah sebaik-baik pemberi masalah.’

Sahabatku, percayalah...
Tidak ada masalah yang tidak baik. Semua masalah pada hakikatnya adalah baik. Dari masalah itu kita bisa belajar. Dari masalah itu kita bisa mengetahui sudut pandang baru tentang kehidupan. Dan dari masalah itu juga kita mendapatkan kematangan mental, kekuatan jiwa, dalam menghadapi masalah-masalah berikutnya.

Sahabatku yang baik, percayalah...
Tuhan tidak pernah menguji hambaNya diluar batas kemampuan hambaNya. Dia memberi kita masalah bukan karena Dia tidak sayang pada kita, justru sebaliknya. Karena Tuhan begitu cinta dan sayang pada kita. Tuhan tidak ingin kita menjadi makhluknya yang lemah dan mudah menyerah. Tuhan ingin kita menjadi hambaNya yang kuat, tegar, dan terus bersemangat. Memiliki harapan yang tinggi untuk senantiasa menjadi lebih baik lagi ke depannya. Tidak ada maksud buruk dari masalah yang Tuhan berikan kepada kita. Semua masalah itu baik !

Sahabatku yang baik...
Mulai saat ini, berpikirlah positif terhadap masalah, dan selalu berpandangan lurus ke depan. Tuhan akan selalu ada untuk kita. Dan Kemudahan akan selalu menyertai kita, Percayalah...

Mari kita melihat janji Tuhan dalam KitabNya yang mulia,
“Maka, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan...” (QS. Al Insyirah : 5-6)

Sahabatku,
Sudah jelas dan terang bukan ? bagaimana Tuhan mengirimkan masalah kepada kita bersama kemudahan yang akan menyertainya. Lalu, apa yang perlu kita tunggu lagi wahai sahabatku. Mari tersenyum sahabatku,  Ada kemudahan yang sudah menanti di depan sana.

Mari kita tersenyum atas luka ini...

***

Jurang Mangu Barat. 6 Januari 2011 M / 2 Shaffar 1432 H.
Saat pagi masih diselimuti awan mendung.

Ketika Cinta Tak Memilih...

Kisah seorang temanku yang gagah. yang bercerita dengan kondisi pilu yang sedemikian dalamnya !

"Ketika cinta tak memilih jenis kelamin,, maka..."

***

Gw gak pernah tahu kapan perasaan ini muncul. Gw gak pernah tahu kenapa ? Mengapa Perasaan ini muncul ?

Jangan pernah tanya itu ke gw. Karena sampai detik ini pun gw juga masih mencari jawabannya. Jawaban yang logis dan bukan sekadar mencari alasan. Jawaban yang bisa membuat hati gw tenang. Jawaban yang tidak menyimpang dan dipandang sebelah mata oleh orang-orang.

Awalnya, gw rasa ini adalah sebuah perasaan yang wajar, mengagumi dan tidak lebih dari itu. Namun entahlah seiring bergulirnya waktu, dan seiring intensnya kami bertemu (papasan), sejak saat itu gw juga gak tahu kenapa perlahan gw begitu menikmati keindahan yang ada pada dirinya.

Yang gw ingat hanya satu, rasa kagum gw ketika melihatnya untuk pertama kali. Seumur hidup gw, baru kali ini gw bisa berdecak kagum untuk seorang pria. Baru kali ini !

***

Dia Pria. Masih muda. Usianya sekitar 22 tahun. 2 tahun jauh diatasku. Wajahnya tampan. Penampilannya menarik, gaya anak muda jaman sekarang. Kemeja lengan panjang digulung ke siku dengan kancing dibiarkan terbuka plus dalaman kaos oblong putih, di padupadankan dengan celana jeans, sepatu kets selalu menjadi ciri khasnya. Rapih. Fashionable. Namun tidak genit !

Tapi jujur, bukan itu yang membuatku...

Selisih beberapa waktu sering berpapasan dengannya, membuatku hafal wajah pemuda itu.

Sebentuk paras yang rupawan. Alur yang membentuk hidung, bibir, dan dagunya demikian menawan. Terlalu halus untuk laki-laki. Ketampanannya berbaur dengan kelembutan.

Postur tubuhnya ideal. Tidak gemuk, tidak kurus. Sepadan dengan tingginya 173 cm.

Dan selisih waktu sering berpapasan dengannya, membuat naluriku sebagai makhluk sosial muncul ingin mengenalnya.

“Raffa !” ucapku memperkenalkan diri suatu hari.

“Shandy !” balasnya.

Tangan kami pun bersentuhan. Hanya sedetik. Tapi sedetik yang menghanguskan seluruh jiwa raga.

Sejak saat itu aku mulai mengenalnya. Bukan lagi hanya sekadar berpapasan di koridor fakultas. Student centre. Ataupun cafe cangkir. Tapi kami pun memulai bertukar pikiran. Membicarakan berbagai macam hal yang berujung pada kedekatan hubungan kami.

Banyak hal yang tidak ku ketahui sebelumnya namun semenjak mengenalnya aku jadi tahu. Banyak yang hal tertutupi dari diriku sebelumnya namun semenjak mengenalnya perlahan lahan mulai terbuka satu persatu.

Dua kata yang pernah ia katakan padaku dan merubah diriku adalah, Keberanian dan ketegasan. Karena baginya, seorang laki-laki hanya membutuhkan dua hal itu. Itu bisa dijadikan dua modal dasar untuk menjalani hidup ini yang sudah sedemikian edannya. Begitu katanya.


Aku menemukan sosok yang selama ini hilang dari hidupku didalam dirinya. Sosok pelindung dan penguat langkahku. Sosok yang bijaksana dalam menentukan sikap. Sosok yang kubutuhkan sebagai figur. Sebagai teman seperjalanan. Sebagai ayah !

Didalam dirinya kutemukan semua yang ku rindukan. Didalam dirinya kutemukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang disekitarku, yang mengenalku. Dia tidak pernah sama sekali menuntut kesempurnaan dari diriku. Tidak seperti keluarga, teman, atau siapapun yang mengenalku sebelumnya. Hanya dia yang bisa menerimaku sebagai manusia, bukan malaikat !

Didalam dirinya kutemukan kebebasan. Itulah yang tidak pernah aku rasakan. Didalam dirinya juga, aku menemukan kehangatan seorang Ibu dan kekuatan seorang Ayah yang bersinergi menjadi satu.

Lambat laun pun aku mulai menikmati kedekatan ini dan selalu ingin ada disampingnya. Selalu ingin hanya dia, dia, dan dia yang ada dan selalu mengisi hariku, kalbuku.

Namun aku tersentak tersadarkan ketika aku mulai merasakan ada desiran-desiran halus yang terbubuh dihatiku ketika aku melihatnya. Aku merasa ada suatu yang ganjil yang menimpa diriku. Tapi apa ?

Aku mencari tahu. Ada yang salah kah dari hubungan ini ?

Getar aneh pun terus merayapi hatiku. Baru pertama kali ini aku tidak membutuhkan alasan untuk menginginkan sesuatu. Memahami tanpa perlu penjelasan. Aku mulai menyukai gerak geriknya. Aku mulai menyukai sentuhan-sentuhan lembutnya. Kata-kata yang keluar dari bibir tipisnya. Aku mulai menyukainya.

Dan detik pertama itu juga aku mulai merasa ada yang salah dari diriku. Tapi apa ? Aku seakan dibuat amnesia oleh pesona dirinya. Aku mulai mengutuki diriku sendiri. Mengapa semua ini bisa terjadi ?

Sungguh, aku tidak pernah menginginkan tubuhnya. Tidak pernah. Yang aku inginkan hanya satu, aku ingin menyayanginya selalu, selamanya. Tidak lebih dari itu. Dan aku pun juga mengharapkan dia begitu membalas rasa sayangku, membalas perhatianku. Tidak lebih dari itu.

Apakah dengan begitu masih terasa ganjil diriku, sahabat ? Bukankah sebagai makhluk sosial itu menjadi suatu hal yang wajar ? Setiap manusia ingin disayang dan diperhatikan.

Aku tidak setuju dengan anggapan bahwa diriku adalah seorang...
Tidak. Aku lelaki normal ! Aku masih punya rasa ketertarikan pada wanita dan ingin menikahinya. Mempunyai keturunan darinya.

Aku hanya sayang. Aku hanya cinta padanya. Tidak ingin mengikatnya dengan komitmen. Tidak ingin bersetubuh dengannya. Tidak !

Apakah itu masih terlihat salah, sahabat ?

Yang aku inginkan hanya dua hal itu. Tidak lebih. Aku tidak tahu mengapa aku mencintainya. Tapi yang aku tahu dan ingat, Tuhan memberikan rasa cinta kepada setiap hambaNya. Dan tergantung bagaimana hamba itu memanage-nya. Selagi tidak ada yang kami larang dari aturan-Nya, bukankah cinta kami ini masih terasa wajar ?

Cinta diam-diam...


Ketika Aku Kembali...

Rasanya aku memang butuh waktu untuk bisa berpikir dengan jernih. Memutuskan suatu hal yang mengganjal. Yang membuat diriku tidak nyaman untuk bergerak bebas seperti dulu lagi.

Setelah aku berpikir, mengenai segala macam hal yang selama ini aku jalani, akhirnya aku tersadarkan. Menyesal.

Aku ingin kembali. Dan akan memulai segala sesuatunya dari nol lagi.

Tak mengapa, aku harus bersusah payah. Aku rela. Asalkan aku bisa dekat dengan-Mu lagi, Tuhan !

Engkau datang,
ketika aku jatuh bangun
dan jatuh dalam langkah menyusuri kehidupanku yang kelam
dan hampir tak dapat melangkah lagi

bersama bayanganMu kasih
seakan-akan aku terjaga dari mimpi-mimpi
dari kehidupan yang semu dan melenakanku
membuatku terlupa akan segala-galanya

dirimu hadir bagaikan sinar yang menerangi jalanku
Kau tunjukan arah mana yang kini harus ku tempuh
agar diriku tak sesat lagi seperti dulu

hari ini aku mencoba berdiri dan melangkah lagi
bila esok sinar mentari akan bersinar lagi
aku akan menuju cita-cita yang pasti !

By : Emil – Sesaat Kau hadir


Meski terasa berat. Aku akan terus berusaha. Meski terasa sulit. Aku akan terus mencoba dan tidak akan berkelit.

Biarkanlah kujadikan masa hitam itu sebagai pembelajaran berharga. Biarkan aku menganggapnya sebagai bagian dari kehidupanku yang memang seharusnya aku jalani. Biarkanlah aku memulainya dengan sesuatu yang baru. Biarkanlah semuanya mengalir kembali dengan sendirinya menuju ridho ilahi. Biarkanlah aku meluruskan kembali hidupku. Biarkanlah...

Biarkanlah aku mencoba untuk berdiri dan mulai menggali hikmah itu kembali. Menumpuknya menjadi pembelajaran hidup yang berharga dan akan ku wasiatkan pada anak cucuk generasiku nanti. Biarkanlah hanya itu, karena tidak ada yang kupunya yang nilainya jauh lebih berharga ketimbang pengalaman hidup... Biarkanlah hanya aku saja yang mengalaminya. Jangan ada lagi korban. Anda, mereka, ataupun anak cucuk kita yang lainnya. Atau siapapun itu.

Biarkanlah aku memulainya dari hari ini. Dari detik ini. Dari ketika tulisan ini ku selesaikan. Biarkanlah ini menjadi pemula...menjadi saksi cerita, bahwa aku ingin kembali seperti dulu lagi. Penuh semangat. Bergelora dengan amalan surga.