Pun saat ini saya tidak mengerti, mengapa saya bisa sampai di cafe ini ? Menunggu lelaki ? Tidak ! Menunggu wanita ? Juga tidak !
Ya saya datang ke cafe ini karena kegelisahan hati atas pertanyaan mengapa, mengapa, dan mengapa ?
Pun sampai detik ini, saya masih belum mengerti mengapa orang lebih menyukai mengurusi urusan orang lain padahal masih banyak urusan dalam hidupnya yang terabaikan dan belum terselesaikan.
Pun sampai detik ini, saya masih belum mengerti mengapa orang lebih suka menuduh tanpa terlebih dahulu menilai lebih dalam tentang apa yang ia tuduh.
Bukankah sakit, ketika orang lain membicarakan urusan pribadi kita yang sebenarnya hanya menjadi konsumsi kita seorang saja ?
Bukankah sakit, ketika orang lain menuduh kita sesuatu padahal kita tidak melakukannya, bahkan terbesit niat pun juga tidak.
Sampai detik ini saya masih terus mencari tahu. Mencari jawaban dari sebuah pertanyaan, mengapa ?
Mengapa harus saya yang selalu menjadi tema pembicaraan mereka ?
Mengapa harus saya yang di tuduh melakukannya ?
Mengapa ? Mengapa ? Dan mengapa selalu saya ?
Saya yang selalu menjadi korban dari perasaan cemburu berlebihan mereka terhadap pasangannya. Rasa cemburu yang tak ubahnya seperti muntahan kucing di bak sampah. Rasa cemburu yang berbau busuk seperti tahi anjing di tumpukan pasir.
Saya yang selalu dipandang hina, padahal mereka yang terhina.
Saya yang selalu dibilang tidak memiliki otak, padahal mereka yang somplak.
Mereka yang selalu bilang saya gila, penggoda. Salam jari tengah untuk mereka !
F*CK !
***
Ini bukan yang pertama kalinya, ada anjing buduk yang tiba-tiba datang menggonggong tanpa sebab di depan rumah saya.
“Dasar anjing gak punya otak, udah malem masih aja berisik !” umpat saya dalam hati sambil melemparkan sisa tulang dari sop sapi yang berada di tumpukan sampah.
Anjing itu diam. Lalu pergi.
Baru sekian menit memejamkan mata, anjing sialan itu mulai menggonggong lagi. Kali ini dengan gonggongan yang jauh lebih keras bahkan diselingi dengan auman seperti seekor serigala.
“Anjing ! Ada apa lagi sih ?”
Lantas, saya membuka lemari es di dapur dan mengambil daging merah segar yang masih mentah. Saya lempar keluar, jatuh tepat di depan muka anjing itu. Dia mengendus-ngendus daging itu. Lidahnya menjulur keluar dan liurnya menetes ke bawah.
Anjing itu diam, lalu pergi.
Saya pun tertidur lelap di atas sofa ruang tamu. Dan mulai bermimpi. Saya berjalan di sore hari di tepi taman komplek yang menghijau dengan rumput pakis dan pohon palem botol. Sedang asyik berjalan, tiba-tiba ada seekor anjing datang dengan manja mengelus-ngeluskan badannya di kaki saya. Saya mengerti, dia menginginkan sesuatu dari saya. Akhirnya, saya berikan satu botol susu segar yang tadi saya bawa dari rumah. Ia menjilat dengan begitu rakusnya. Habis hingga tandas tak tersisa satu tetes pun. Setelah itu, anjing itu kemudian lari pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih.
“Dasar anjing, tidak tahu terima kasih !”
***
Persis anjing. Ya, Dia !
Saya begitu membenci anjing, sama seperti halnya saya membenci mereka. Orang yang sudah menuduh saya menggoda pasangannya. Ini bukan kali pertama saya mendapat peringatan sampah dari mereka.
Anjing 1 : “JANGAN PERNAH GANGGU PACAR GUE !”
Anjing 2 : “JANGAN SEKALI-KALI MENGGODA SUAMI SAYA !”
Saya : “Maaf, ini siapa ya ?”
Anjing 1 & 2 : “ANJING !”
Sungguh, saya sama sekali tidak mengerti, kenapa mereka begitu membenci saya. Padahal saya sama sekali tidak ada niatan untuk menggangu hubungan mereka, apalagi menggoda.
Saya bersikap biasa saja seperti orang biasa pada umumnya. Berteman. Berkomunikasi dengan baik. Tegur sapa. Dan tidak lebih. Jika pun ada kalimat-kalimat nakal itu pun sebatas becanda dan bukan saya yang memulainya, tapi mereka. Saya hanya menimpali saja karena saya tahu, itu hanya sekedar bercanda.
Anjing 3 : “MANA JANJI LO ? GA BAKAL GANGGU HUBUNGAN GW SAMA ACHIN.
BUKTINYA LO MASIH SMS ACHIN. NGESELIN TAU GA LO !!
GUE GA PERNAH GANGGU HIDUP LO, JADI GUE MINTA JANGAN SMS
ACHIN LAGI. BAHAS APAPUN. TERMASUK NIA, TEMEN LO!!.
Sms yang baru saja saya terima dari seorang teman. Huufh, apalagi ini ? Masalah baru ?
Achin ?
Lelaki keturunan tiong hoa, blasteran palembang bandung. Seorang lelaki yang baru saya kenal dan belum genap satu bulan. Saya pun mengenalnya dari dia – anjing 3 - . Dia memperkenalkan Achin pada saya sebagai pacar gelapnya. Dan tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya, kecuali saya.
Jujur, sejak pertama melihat Achin sama sekali tidak terbesit dalam benak saya untuk benar-benar menggodanya. Hanya saja memang kami suka sesekali bercanda dan itu dinilai dia -A3- sebagai suatu yang lewat batas.
Memang sejak awal, -A3- sudah mewanti-wanti saya untuk tidak merebut Achin dari tangannya.
'Huuufh !'
Terbesit dalam benak saya pun tidak. Tapi entah mengapa, meskipun saya sudah berkali-kali bilang padanya bahwa saya tidak berselera terhadap Achin, namun tetap saja dia selalu mencemburui hubungan saya dengan Achin.
Sampailah pada kemarin malam, Achin memulai SMS saya dengan bertanya, “Lagi ngapain nih ?”
karena tahu Achin orang yang asik di ajak becanda, saya pun membalasnya tanpa ragu,
“Lagi mikirin kamu ! Hahaha... becanda. Lagi nulis aja nih di kamar. Mumpung banyak inspirasi.”
SMS pun berlanjut ke yang lain-lain sampai sesekali kami guyon dan bercandan nakal. Ya, sekali lagi bercanda.
“kissnya mana ? Hahaha..canda.”
“Bablasss..Hahaha”
dan lain-lain...
Sama sekali tidak terbesit dalam benak saya untuk menggoda Achin atau merebutnya dari pelukan teman saya itu. Saya sama sekali tidak mengerti, mengapa hal semacam itu perlu dicemburui lagi padahal sudah sangat sering saya memberikan penjelasan bahwa saya tidak akan merebut Achin dari tangannya. Namun tetap saja, nampaknya ia tuli atau memang sudah buta hati. Tidak bisa menilai mana yang seriusan menggoda, dan mana yang becanda.
Saya : “Jangan cemburu yang berlebihan gitu ya Ris ! Sekali lagi gue bilang,
GUE GA AKAN REBUT ACHIN DARI LO ! Gue heran banget sama lu,
udah berkali-kali padahal gue bilang kaya gitu tapi kenapa lu gak ngerti juga ?
Gue sama Achin JUST FREN !
DAN INGET, terbesit untuk macarin dia atau bahkan ngewek sama dia aja gak Ris !
Jadi please, jangan tuduh gue yang gak-gak !
Untuk masalah Nia, Achin duluan kok yang tanya-tanya. Emangnya kenapa ? Salah
kalau gue jawab ?
Inget ! Achin itu cowok. Dia juga bisa tertarik sama cewek cantik !
Anjing 3 : “Hah ? Dengan bilang 'lagi mikirin dia' , terus bilang kata 'Cin' dengan lebay,
minta kiss dll lo bilang JUST FRIEND ?!
OTAK LU DI PAKE !!
Achin itu sadar ya dan nanya, apa lo tahu tentang hubungan gelap gue sama Achin atau gak ?!!
Dan lu tahu, dengan kecurigaan itu sekarang dia ga bilang sweet lagi ke gue.
PUAS LO ?
Dan Nia, Achin gak bakal nanya tentang Nia kalau Lu sama Nia nya
GA LENJEH NGENALIN DIRI KE ACHIN !
AWAS KALAU LO SAMPAI BERHUBUNGAN LAGI SAMA ACHIN !
Saya : “Jadi mau lu bagaimana ? Maaf ya Ris.. Gue sih ga masalah dan keberatan
nge-delete no.hp Achin dari hp gue dan gue juga gak keberatan kok untuk pasang muka jutek ke dia pas ketemu. Apa mau lu begitu ?
Anjing 3 : “Bagus banget kalau lu ngelakuin itu !”
Saya : “Okey. Siip ! Gue sih pengen lu seneng aja Ris ! Dan satu pesen gue,
JANGAN CEMBURUAN !
Oh iya, perlu lu inget ya Ris ! Mungkin emang seperti yang lu tahu, banyak orang yang sering nilai gue lenjeh, bilang gue PECUN, PEREK, atau apalah...! tapi perlu lu dan mereka semua tahu, PECUN, PEREK juga punya perasaan ! Mereka juga manusia !
Dan sekali lagi,
Sekalipun misalnya memang gue PECUN, PEREK, atau apalah itu namanya... bukan berarti gue bisa ngerebut laki orang dan ngewek seenak jidat gue !
Gak Ris !
Ris,
ingat ya, jangan pernah lu egois, hanya bagaimana memikirkan perasaan cemburu yang berlebihan dan sebenarnya gak penting itu. Tapi lu juga perlu pikir, bagaimana perasaan lu jadi orang yang dituduh itu ? Sakit ! Gak enak !
Selesai Ris !
Cukup 2 X lu nyurigain gue, dan SMS gue dengan huruf KAPITAL ! Dan jangan pernah lagi.
Gue akan cuek ke Achin dan gak akan sms, Say hi, etc !
Tapi please ya Ris,
jangan pernah salahin gue, kalau suatu hari nanti dia malah yang datang sendiri ke gue. Dan minta tidur sama gue. Minta gue jadi 'binik' sekiannya.
Inget, bukan gue yang minta. Tapi DIA !
-END-
Selesai. Semua selesai sampai disitu. Saya benci dengan tuduhan yang tidak sesuai dengan apa yang ada sesungguhnya. Saya tidak pernah menggoda. Saya tidak pernah ingin merebut mereka dari tangan mereka. Saya hidup normal seperti manusia pada umumnya. Bersosialisasi dengan baik dan ramah kepada siapa saja, tapi mengapa selalu saja disalah artikan ?
Kejadian ini bukanlah kali yang pertama. Ada yang lebih pedih dan menyakitkan dari ini. Saya tidak ingin mengingatnya lagi karena mulai detik ini yang saya inginkan adalah, melupakan semuanya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuduhan-tuduhan itu. Saya selalu berusaha untuk melupakannya dan saya yakin kali ini bisa !
Saya tidak ingin lagi mengenal mereka. Saya tidak ingin lagi terganggu dengan gonggongan anjing-anjing itu lagi. Saya ingin hidup tenang dengan segelas bir yang mungkin bisa membawa saya melayang.
Saya memesan bir ke enam di kafe ini. Saya minum hingga tandas. Bersamaan dengan tulisan ini, yang saya tamatkan hingga huruf terakhir.
Saya pulang dengan langkah yang goyang. Kepala pening. Saya ingin segera sampai rumah. Dan membuang kenangan pahit ini bersamaan dengan muntah dan kotoran di jamban.
Saya pulang !
***
*Paviliun Cafe, Jakarta. 29 Mei 2011. - 02.47 WIB
Umar : Dhiyas M Fikri
ketikalelakibercerita.blogspot.com